Sebuah postingan kontroversial yang diposting oleh akun Instagram mall besar di Depok, Jawa Barat, viral. Isinya memperlihatkan sebuah talkshow epik dari Paguyuban Primata Bekasi yang mempertunjukkan monyet-monyet peliharaan mereka.
Dari fotonya terlihat dua ekor beruk berwajah murung terduduk di kursi. Keduanya memakai baju layaknya manusia dengan rantai terkalung di lehernya. Salah satunya bahkan memakai jaket kulit berwarna hitam. Selain itu juga terlihat satu bayi monyet sedang memeluk erat baju seorang lelaki, yang diduga pemeliharanya.
Di foto lainnya, terlihat segerombolan anggota paguyuban foto bareng. Masing-masing anggota berbaju biru gelap itu menggendong primata di pelukannya. Ada monyet ekor panjang masih bayi, juga beruk. Semuanya memakai baju seperti bayi manusia dengan aksesori rantai tentunya.
Langgengkan eksploitasi monyet
Aksi paguyuban yang awalnya berniat ‘baik’ ingin mengedukasi masyarakat perihal pemeliharaan primata ini malah jadi boomerang. Pasalnya, aksi mereka ini dianggap tidak etis karena langgengkan eksploitasi monyet. Yang lebih menyedihkan lagi, awalnya monyet-monyet ini diselamatkan dari tukang topeng monyet. Bukannya direhabilitasi, eh malah dimanfaatkan untuk acara talkshow.
Baca juga : Tren Pejabat Pelihara Satwa Dilindungi Wajarkan Pelanggaran Hukum
Karena aksinya itu, talkshow paguyuban primata ini dikecam dan diprotes oleh banyak orang, khususnya para aktivis peduli satwa liar. Aksi ini juga dianggap mempromosikan tren pemeliharaan monyet. Banyak netizen berkomentar, “Bilangnya aja edukasi, padahal mah eksploitasi monyet!”
Kejahatan satwa
Harus diketahui, perilaku memelihara satwa liar seperti monyet atau beruk adalah bentuk kejahatan yang sangat kejam. Alasannya, hampir seluruh monyet ekor panjang atau beruk yang dijadikan peliharaan diambil dari alam liar. Kejamnya, induk monyet atau beruk harus dibunuh terlebih dahulu sebelum anaknya diambil dan dijual di pasar hewan.
Sayangnya, banyak orang awam tidak tahu bagaimana proses keji monyet-monyet ini diambil dari keluarganya hingga sampai ke rumah pemelihara. Ketidaktahuan ini malah dimanfaatkan orang-orang dari paguyuban primata ini secara semena-mena. Dengan sengaja dan terbuka, mereka mengajak masyarakat awam untuk ikut memelihara dan melanjutkan proses keji ini terus terjadi.
Baca juga : Cerita Dari Wawan, Keeper ‘Rimba’ Si Owa Siamang
Resiko zoonosis
Bukan hanya itu saja, primata liar seperti monyet dan beruk beresiko menularkan penyakit pada manusia (zoonosis). Mereka pun rentan ditelantarkan apabila sudah dewasa karena menjadi galak dan agresif. Banyak kasus monyet dan beruk dibiarkan oleh pemiliknya di dalam kandang ataupun dirantai di pekarangan karena takut menyerang orang lewat.
Selain itu, ada lagi kelakuan aneh bin ajaib dari para pemelihara paguyuban primata ini. Mereka memakaikan baju bayi seakan primata itu boneka mainan. Setelah dipakaikan baju, pemelihara melakukan eksploitasi pada monyet layaknya sirkus di depan banyak orang.
Padahal, monyet-monyet ini secara alami harusnya gak pake baju dan hidup dengan keluarganya di alam bebas. Apa bukan penyiksaan namanya kalau memperlakukan primata seperti itu?