Owa bukan sekadar penghuni hutan, mereka adalah penjaga ekosistem alami di hutan.
Dengan ayunan lincah dari pohon ke pohon, owa membantu menyebarkan biji buah yang ia makan dan menjaga keseimbangan ekosistem di dalam hutan.
Namun sayangnya, populasi owa terus menurun akibat alih fungsi lahan, perburuan, dan perdagangan satwa liar. Kepunahan mereka bukan hanya menjadi ancaman bagi spesies itu sendiri, tetapi juga membawa dampak besar bagi keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.
Lalu, apa jadinya hutan tanpa owa? Yuk, simak pembahasannya di bawah ini.
1. Regenerasi Hutan

Owa memiliki peran penting dalam proses regenerasi hutan. Mereka mengkonsumsi berbagai jenis buah, lalu menyebarkan biji-bijian ke berbagai lokasi melalui kotoran mereka. Proses ini membantu pertumbuhan pohon baru dan meningkatkan keanekaragaman hayati di hutan. Jika populasi owa menurun drastis, banyak spesies tumbuhan yang bergantung pada mereka untuk penyebaran biji akan kesulitan berkembang, menyebabkan perubahan struktur vegetasi hutan.
2. Gangguan dalam Rantai Makanan
Sebagai pemakan buah (frugivora), owa juga menjadi bagian dari rantai makanan yang lebih luas.Hilangnya owa bisa mengurangi penyebaran biji dari tumbuhan yang mereka makan. Akibatnya, pohon-pohon yang penyebaran bijinya dilakukan oleh satwa besar seperti owa bisa berkurang, dan ini bisa mengganggu keseimbangan rantai makanan di hutan. Akibatnya, beberapa spesies pohon tertentu yang bergantung pada owa untuk penyebaran bijinya bisa mengalami penurunan populasi, mengganggu keseimbangan rantai makanan di hutan.
3. Perubahan Struktur Kanopi Hutan

Owa adalah primata yang hidup hampir seluruhnya di kanopi hutan. Mereka bergerak menggunakan brakiasi/brachiation, yaitu cara berpindah dari satu pohon ke pohon lain dengan mengayunkan tubuh menggunakan lengan panjang mereka. Dengan aktivitas ini, owa secara tidak langsung membantu mempertahankan struktur kanopi hutan dengan menciptakan jalur alami bagi pergerakan spesies lain, seperti burung dan mamalia kecil. Jika owa hilang, perubahan dalam pola pergerakan satwa lain bisa menyebabkan kepadatan di area tertentu dan berkurangnya keanekaragaman hayati di lapisan kanopi hutan.
5. Kehilangan Warisan Budaya dan Nilai Spiritual
Banyak masyarakat adat di Indonesia, seperti suku Dayak di Kalimantan, memiliki hubungan spiritual dan budaya yang erat dengan owa. Mereka percaya bahwa owa adalah simbol keseimbangan alam dan memiliki peran dalam mitologi serta ritual tradisional. Hilangnya owa bukan hanya kehilangan bagi ekosistem, tetapi juga bagi budaya dan identitas masyarakat yang hidup berdampingan dengan mereka selama berabad-abad.

Kepunahan owa bukan hanya ancaman bagi keberlanjutan spesies primata ini, tetapi juga dapat mengubah dinamika ekologi, dan mengancam warisan budaya masyarakat lokal.
Sumber :
- Azwar, A., & Yustian, I. (2019). Peran Primata dalam Penyebaran Biji dan Regenerasi Hutan di Sumatera Selatan. Jurnal Konservasi Hutan, 7(2), 85-97.
- Indrawan, M., Primack, R. B., & Supriatna, J. (2007). Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- Kurniawan, Y., & Nurcahyo, A. (2015). Dampak Perburuan Satwa terhadap Populasi Owa di Kalimantan. Jurnal Penelitian Kehutanan, 10(1), 45-57.
- Kuswanda, W. (2018). Kajian Habitat dan Konservasi Owa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Bogor: Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat.