Menjelang Hari Owa Sedunia, Gibbonesia bersama beberapa lembaga lainnya melaksanakan rangkaian kegiatan dengan puncaknya yakni pelepasliaran sepasang owa jawa dan 19 satwa liar lainnya di kawasan Gunung Tilu.
Menjadi mahasiswa magang dan bergabung dengan tim Gibbonesia, aku berkesempatan untuk mengikuti kegiatan Peringatan Hari Owa Sedunia di Ciwidey, Bandung. Bersama tim Gibbonesia, aku berangkat dari kantor di Ciapus pada hari Sabtu (21/10) menuju Bandung. Rangkaian kegiatan Peringatan Hari Owa Sedunia akan dilaksanakan pada 23 hingga 24 Oktober 2023.
Tanggal 23 Oktober, aku bersama tim Gibbonesia dan tim produksi film ‘Satwa Liar’ berangkat dari penginapan di Pasirjambu pada tengah hari. Kurang lebih dibutuhkan waktu selama 25 menit untuk sampai di lokasi pelaksanaan kegiatan yakni komplek Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, Kabupaten Bandung tepatnya di Pepeteka Cafe. Mengingat sudah tengah hari dan waktunya makan siang, kami makan siang di sebuah rumah makan yang tidak jauh dari penginapan.
Tidak lama akhirnya kami tiba di lokasi kegiatan, sungguh tempat yang sangat indah karena disana kami disuguhkan hamparan kebun teh. Peserta kegiatan yang terdiri dari siswa SMA hingga mahasiswa sudah duduk manis bersiap untuk menerima materi eco-print dari Kak Rahayu Oktaviani. Kak Rahayu juga membawa contoh produk eco-print yang dibuat oleh ambu halimun berupa scarf dan peserta dipersilahkan mencoba membuat eco-print pada kantong kain yang sudah disediakan. Tidak ingin melewatkan kesempatan, aku juga mencoba membuat eco-print bersama peserta lainnya. Mulai dari mencari bagian tumbuhan untuk eco-print hingga memukul-mukul bagian tumbuhan supaya warnanya menempel di kain, sangat menyenangkan sebab dilakukan bersama-sama.
Baca juga : Ceritaku Ikut Kampanye Pelestarian Owa Jawa di Hari Owa Sedunia
Setelah ishoma, peserta menerima materi dari The Aspinall Foundation Indonesia Program dan Yayasan Kiara yang disampaikan oleh Pak Made Wedana dan Kak Rahayu Oktaviani. Pada materi ini peserta diberitahu mengenai rehabilitasi dan jenis-jenis owa di Indonesia. Hal yang menarik dari pematerian ini adalah peserta ditantang oleh Kak Ayu untuk menirukan suara owa, siapa yang bisa akan mendapat hadiah buku dari Yayasan Kiara. Selain itu, untuk kedua kalinya aku mendengar kisah bagaimana Kak Ayu menjadi seorang primatologist dan mendengar nyanyian owa dari Kak Ayu.
Kegiatan selanjutnya diisi dengan penampilan pantomim secara langsung oleh Kang Wanggi dan penayangan film ‘Satwa Liar’, film ini mengusung cerita satwa liar melalui audio visual yang nyaman untuk ditonton. Kang Dicky Nawazaki juga menjelaskan bagaimana film ini dibuat secara spontanitas dan penuh dengan improvisasi, memanfaatkan apa yang ada di lokasi dan berusaha mendapatkan hasil yang maksimal.
Malam pun tiba, setelah makan malam hujan turun menjebak kami untuk tinggal di cafe. Sembari menunggu informasi penginapan dari panitia, kami menunggu dan ngobrol di dalam cafe. Setelah mendapat arahan untuk pindah ke penginapan, kami bergegas untuk beranjak meskipun masih turun hujan. Setelah sampai di penginapan, Ayun ikut nimbrung menyimak obrolan dengan Bang Langka Sani tentang penyelamatan satwa di Bangka.
Baca juga : Romi dan Noni Kembali ke Hutan di Hari Owa Sedunia
Keesokan paginya, kami bersiap untuk mengikuti kegiatan dan menyiapkan booth Gibbonesia. Banyak pihak yang hadir dalam kegiatan pelepasliaran owa jawa ini, mulai dari BBKSDA hingga pihak-pihak yang mendukung kegiatan Peringatan Hari Owa Sedunia. Sambutan demi sambutan disampaikan, harapan-harapan terhadap kehidupan satwa liar pun bermunculan. Tidak menunggu lama kegiatan pelepasliaran pun tiba, ada yang berjalan ke lokasi pelepasliaran ada juga yang naik mobil. Beruntung dengan ajakan Kak Wiya, aku mendapat tempat untuk naik mobil ke lokasi pelepasliaran. Jalan yang tidak rata membuat mobil berguncang, membuat penumpangnya berpegangan dan sesekali berteriak karena takut jatuh.
Menegangkan, untuk pertama kalinya aku melihat pelepasliaran satwa liar. Di Kesempatan kali ini juga merupakan pertama kalinya aku melihat owa jawa langsung di alam. Detik-detik pelepasliaran pun datang, petugas lapang dari The Aspinall Foundation Indonesia Program memberikan arahan untuk menjaga jarak dan tidak mengeluarkan suara kepada para peserta. Romi dan Noni namanya, sepasang owa jawa hasil rehabilitasi yang dilepasliarkan hari ini. Gerbang kandang dibuka namun keduanya tidak kunjung keluar, cukup lama akhirnya mereka keluar dari kandang, sorak yang terdengar tidak terlalu keras dari para peserta mengantar bebasnya pasangan owa jawa ini kembali ke habitatnya.
Peserta kemudian mengikuti panitia untuk melihat pelepasliaran elang ular bido, kukang, trenggiling dan landak yang lokasinya cukup jauh dari lokasi pelepasliaran owa jawa. Namun, karena masih terpesona dengan owa jawa, aku tertinggal dan kembali ke booth Gibbonesia dengan berjalan kaki.
Rangkaian kegiatan Peringatan Hari Owa Sedunia pun usai, setelah ishoma aku beranjak ke cafe untuk menunggu waktu pulang. Sembari menunggu, Kang Dicky Nawazaki menayangkan beberapa video mulai dari kegiatan di Pusat Rehabilitasi Primata hingga film pemburu yang sudah tobat. Malam pun tiba, tidak terasa waktunya kami beranjak untuk pulang kembali ke Ciapus.
Sangat menyenangkan mengikuti rangkaian kegiatan Peringatan Hari Owa Sedunia tahun ini, merupakan pengalaman yang sangat berharga yang tidak semua orang bisa merasakannya. Semoga kehidupan Romi dan Noni berlangsung baik dan cepat beradaptasi dengan rumah barunya.
Sayangi, Lindungi Owa!
Tulisan dibuat oleh Dwi Nur Ayuni – Mahasiswa Fahutan IPB