Dalam konservasi satwa liar tentu diperlukan banyak aspek yang menunjang prosesnya. Salah satunya dengan keberadaan dokter hewan yang bertanggung jawab pada Kesehatan serta kesejahteraan satwa liar. Biar lebih ngerti seperti apa sih peran dokter hewan di pusat rehabilitasi primata, langsung aja yuk kita ngobrol sama drh. Ida Masnur, dokter hewan di Pusat Rehabilitasi primata jawa Aspinal foundation Indonesia.
Halo dokter Ida, bisa perkenalkan diri ibu terlebih dahulu?
Halo, perkenalkan saya dokter hewan Ida Masnur, saya bertugas di divisi kesehatan satwa di Pusat Rehabilitasi primata jawa the Aspinall Foundation Indonesia Program. Sebelumnya, mungkin sedikit informasi tentang saya kenapa saya ada disini sebagai dokter hewan, awalnya karena profesi dokter hewan masih belum banyak, belum menjadi daya Tarik. Saya sendiri alumni dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan saya lulus di tahun 1992. Saya berkecimpung di dunia satwa liar karena saya kejeblos, saya kebetulan dapat kesempatan ditawari menjadi dokter hewan di taman safari. Karena dulu jarang yang menggeluti satwa liar, jadi kebutuhan dokter hewan satwa liar itu cukup besar.
Saya sendiri pada awalnya tidak punya bekal pengetahuan satwa liar sama sekali, terus terang di masa kuliah gak dapat mata kuliah perilaku satwa liar ataupun medis satwa liar. Jadi Ketika pertama bekerja, saya itu blank. Jadi, saat bekerja di taman safari ya saya istilahnya kuliah lagi, belajar lagi dari pengalaman dan keseharian disana. Alhamdulillah, di taman safari banyak pengetahuan, informasi dan pengalaman yang didapat. Lagipula kesempatan dan networking disana cukup banyak.
Di Taman safari saya lebih banyak menangani primata. Saya senang dengan primata karena primata ini secara tidak langsung bisa diajak berkomunikasi dan ekspresif. Selain itu, primata itu kan pintar. Dari situ saya lebih banyak menangani primata, seperti di Aspinal ini. Saya sendiri baru bergabung di Aspinal di tahun 2015.
Baca juga : Cerita Dari Wawan, Keeper ‘Rimba’ Si Owa Siamang
Seperti apa sih kegiatan dan aktivitas drh. Ida di Aspinall Foundation sebagai dokter hewan?
Tempat kami ini kan pusat rehabilitasi, istilahnya tempat sementara sebelum satwa dilepasliarkan. Rutinitas sehari-hari sih lebih banyak ke tindakan medis pada satwa yang baru datang. Ada proses karantina, adaptasi satwa ke lingkungan yang baru. Setelah lepas dari karantina, baru satwa masuk ke proses sosialisasi. Kalau kasus penyakit, disini memang jarang, penyakit itu lebih banyak timbul selama proses adaptasi.
Satwa yang banyak datang kesini itu satwa peliharaan. Jadi satwa ini seakan dibodohi, ditekan skill-skill alaminya oleh pemelihara sebelumnya. Kemampuan itu harus dibangkitkan lagi dengan berbagai cara, salah satunya dengan pendekatan khusus, yang tidak akan sama pada setiap satwa. Sementara kemampuan satwa juga ada yang cepat beradaptasi, ada yang butuh waktu lama. Kami sebagai dokter hewan ikut memantau perilaku mereka dan terlibat proses husbandry (Ket : Perawatan) pada satwa. Kami disini membekali satwa yang datang supaya fisik mereka siap saat dilepasliarkan. Kami juga support dengan memberikan suplemen, untuk menstabilkan makan mereka dan beraktivitas. Karena pusat rehabilitasi itu istilahnya seperti tempat penggemblengan ya, jadi pasti akan ada faktor stress dan setiap individu tidak akan sama saat menerima tekanan. Jadi pengamatan perilaku ini sangat penting bagi kami. Tidak menutup kemungkinan dokter hewan harus belajar perilaku satwa karena itu berpengaruh terhadap tindakan medis yang kita ambil.
Nanti selama proses sosialisasi sudah ada kelompok atau pasangan yang dilepasliarkan, nanti kami ikut menengok seperti apa tempat pelepasliarannya, karena saat satwa dipindahkan di habituasi, kami ikut memantau. Nanti, saat satwa dilepasliarkan kami akan ikut juga. Sebenernya ada tim monitoring, nah informasi ini juga akan kami dapat lewat tim, seperti bagaimana perkembangannya si satwa. Karena disini ada kejadian juga, beberapa bulan setelah satwa dilepasliarkan ada yang mengalami cedera harus dievakuasi, kita treatment, lalu dikembalikan lagi lalu dimonitor lagi. Ada yang sempet berapa tahun, ada masalah, konflik harus dievakuasi, nah itu kami sebagai dokter hewan terlibat disitu. Nah dinamikanya akan bervariasi, tidak akan sama. Ada juga satu lagi, disini juga ada program yang preventif, umumnya seperti pemeriksaan feces (kotoran) untuk memantau endoparasit (Ket : Parasit di dalam tubuh satwa). Karena kami berharap nanti, meskipun di alam ada juga, tapi kami melepasliarkan satwa yang tidak membawa banyak endoparasit yang nanti akan membebani alam yang baru.
Selama menjadi dokter hewan atau selama berkutat dengan primata, ada gak sih pengalaman yang paling berkesan selama merawat mereka?
Pengalaman yang berkesan banyak sih, banyak yang berkesan, tapia da juga yang sempet bikin shock. Tapi pada umumnya sih banyak kesannya, karena kita di Indonesia bersyukur ya jenis primata banyak kan, dan saya cukup berterimakasih selama di taman safari mengenal banyak primata disitu. Terutama jenis owa, karena itu mereka nyanyinya macem-macem dan ekspresinya macam-macam. Ada pengalaman buruk juga sih saya, ya biasanya pengalaman buruk kalau kerja dengan hewan kan digigit. Nah itu yang kadang bikin kita jadi kayanya, kok masih bisa digigit ya, akhirnya ya pasrah aja. Resiko kan kerja dengan satwa liar. Nantinya kita akan lebih hati-hati, ini safety-nya dimana.
Baca juga : Menang Reels Challenge, Begini Kisah Annisa Main ke Habitat Owa
Pengen tahu kalau dari dokter sendiri ada gak sih harapan terhadap konservasi di masa depan?
Masalah pelestarian primata yang harus dikeroyok atau dikerjakan bareng-bareng bagi semua yang memang main di konservasi. Tidak hanya konservasi primata aja, karena satwa liar ini kan sama tempat liarnya di hutan. Primata berbagi habitat juga dengan gajah dan lain lain. Jadi, kita harus punya satu suara. Harus adanya kampanye satwa liar di perkembangan jaman saat ini dan bagus juga sih orang jadi pengen mengenal satwa liar. Sayangnya, banyak orang yang ingin menjadikan satwa jadi peliharaan. Itu yang harus dikontrol, makanya penjagaan di habitat harus kondusif dan juga kontrol pedagang ya. Pedagang yang mencari market untuk satwa peliharaan itu yang harus di stop. Karena kalau sekarang dari pemelihara sudah banyak yang sadar dan menyerahkan, sekarang harus nyetop nih biar gak ada yang mau melihara lagi.
Sebenernya itu tantangan sih, mungkin memang harusnya banyak kampanye aja ya. Berbagai kampanye yang satu suara. Bisa juga dengan adanya virtual tour yang menggambarkan satwa, jadi teknologi yang main disini. Anak sekarang kan jarang yang mau main ke hutan, jadi kalau mau lihat satwa bisa tampilkan saja yang virtual. Pembuatan game-game menarik tentang satwa liar yang cerminkan perilakunya juga menarik. Hal ini mensiasati agar generasi muda tidak lagi menggangu satwa di habitatnya. Kalaupun ada aktibitas di habitat lebih ke ekowisata. Berharap mungkin nanti kondisi bisa lebih baik, satwanya juga lebih damai dengan memanfaatkan teknologi.
Selanjutnya ingin minta dokter untuk memberikan pesan tentang konservasi primata, agar generasi muda tidak ikut-ikutan memelihara ?
Pesen saya sih jangan pelihara primata, jangan pelihara primata pada khususnya jangan pelihara satwa liar pada umumnya. Karena itu, mereka bukan satwa peliharaan, kalau ada generasi muda yang mau pelihara, peliharalah yang sudah terdomestikasi. Karena dengan memelihara satwa liar atau satwa primata sebagai satwa kesayangan itu istilahnya sudah dari sisi kesejahteraan hewannya sudah tidak sesuai. Karena sejinak-jinaknya satwa liar dia tetap satwa liar. Lain halnya kalau satwa liar telah terdomestikasi menjadi satwa peliharaan. Dan juga umumnya yang memelihara satwa liar tidak melihat bagaimana sih satwa liar ini hidup, perilakunya harus bagaimana. Jadi istilahnya mereka disamakan dengan orang, jadi satwa liar yang di manusiawikan. Kasihan ya, jadi satwa liar itu akan kehilangan identitasnya.
Kalau suka kan sekarang banyak tuh institusi yang bergerak di bidang satwa liar, ya dukung programnya, berkecimpung bantu kampanye. Kan sekarang mah ada mencintai tidak harus memiliki.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.